Tetap Ceria Walaupun Dikomplain Pelanggan
Pelanggan adalah segalanya bagi setiap unit usaha. Apalagi unit usaha milik pemerintah dimana pelayanan untuk memenuhi kebutuhan hajat orang banyak adalah sebagai taruhan dari penilaian kinerjanya. Bukan karena pengawasan melekat kini kian menjamur di era serba terbuka sekarang ini.
Juga bukan karena semakin transparannya media komunikasi antara publik dengan pihak internal instansi pemerintah dari semua bidang, tapi tekad kuat untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara sebagai modal awal dari ibadah kemasyarakatan sebagai pegawai di PDAM Bekasi.
Juga bukan karena semakin transparannya media komunikasi antara publik dengan pihak internal instansi pemerintah dari semua bidang, tapi tekad kuat untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara sebagai modal awal dari ibadah kemasyarakatan sebagai pegawai di PDAM Bekasi.
Bukan hanya pandai berkomunikasi meyakinkan publik tentang betapa banyaknya apa yang telah diperbuat oleh PDAM kepada warga Bekasi dan lingkungannya, tapi juga perlu pembuktian bahwa setiap pegawai PDAM Bekasi mampu memberikan kualitas layanan yang berkaitan dengan etika dan kesantunan.
Bisa Anda bayangkan, ketika pelanggan memberikan komplain mulai dari cara kritik yang halus hingga caci maki yang dahsyat setiap pribadi yang ada dalam tubuh BUMD seperti PDAM Bekasi harus tetap menjaga hubungan dengan selalu tersenyum. Bukankah itu sangat sulit?
Memang sangat sulit, tapi tidak mustahil untuk dilakukan. Hanya saja maukah kita memulainya dari sekarang. Kalau dengan internal pegawai saja kita tidak bisa saling memberikan senyum, apalagi kepada para pelanggan yang sebenarnya adalah para pemberi "gaji" kita yang sebenarnya. Betul sekali kalau dibilang, pimpinan kerja para pegawai PDAM di tubuh PDAM Bekasi adalah jajaran direksi dan manajemen. Namun bos yang sesungguhnya adalah para pelanggan air di sekitar wilayah kota dan kabupaten Bekasi. Jadi apa kita harus berdiam diri setelah mengetahui betapa banyaknya "bos-bos" kita yang sesungguhnya?
Tak usahlah kita berfikir terlalu jauh tentang bagaimana nanti kinerja kita sebagai pegawai PDAM Bekasi setiap penilaian kinerja pegawai tahunan. Kita bisa mulai dari sekarang dengan tersenyum kepada siapa saja yang kita jumpai di tempat kerja kita. Terutama sekali dengan para pelanggan kita baik yang sedang komplain sekalipun. Dengan senyum kita bisa melumerkan segala masalah yang ada di hadapan kita. Paling tidak suasana hati kita bisa lebih tenang saat menangani setiap masalah yang sedang kita hadapi. Bukan berarti kita tebar pesona dan senyum pada setiap waktu dalam artian yang berlebihan sehingga mengundang kecurigaan orang di sekitar kita. Setidaknya, tersenyum bukanlah tugas semaa dari bagian kehumasan, tetapi kita semua yang memang menjadi pelayan publik yang mempunyai 'bos' sesungguhnya adalah publik. Kalau dimanifestasikan dengan ajaran agama, bahwa sikap baik dan ramah kita dengan tersenyum maka itu adalah shodaqoh buat sesama. Benar bukan, tersenyum adalah shodaqoh? Dan shodaqoh (atau sedekah) itu akan menyebuhkan segala macam penyakit (sosial) dalam layanan publik semua pribadi yang ada di tubuh PDAM Bekasi.
Masih ingin mengabdikan diri sebagai pegawai PDAM yang punya kualitas terpuji dan cemerlang, mengapa tidak mulai dari sekarang kita tersenyum pada sesama rekan kerja dan juga kepada setipa pelanggan kita saat bertemu mereka. termasuk saat menerima telepon komplai dari mereka, usahakanlah untuk tersenyum. Karena senyum itu mempunyai suara.
Penulis: Ipul & Sidik
Alhamdulillah yah. Sesuatu. Ini kalimat syukur yang sekarang lagi ngetrend karena Syahrini yang katanya sering banget mengulang kalimat ini. Gue pun sekarang jadi latah sama kalimat ini. Dikit-dikit gue sering mengucapkan, “Alhamdulillah yah. Sesuatu”. Dan sebenarnya ini bagus banget. Mengucap syukur yang seharusnya memang kita ucapkan.
Tapi posting gue kali ini bukan membahas tentang kalimat “Alhamdulillah yah. Sesuatu” – nya Syahrini. Tapi benar-benar bersyukur akhirnya keran air di kamar mandi yang ada di dalam kamar gue (rempong bener yak?) udah mengalir lagi airnya. Jadi ceritanya pas gue pulang kuliah, kok air yang mengalir dari shower kecil banget. Pake keran yang di bawah shower yang buat wudhu pun sama aja. Alhasil gue mandi amat sangat lama karena air yang mengucur kecil.
Pas mau wudhu sholat isya, tiba-tiba si keran air udah nggak mengucur lagi alias mati dua-duanya. Baik itu keran buat wudhu sama shower. Akhirnya gue telpon mas Dani, asistennya bapak Kosan. Si mas Dani yang serba bisa ini pun datang sejam kemudian. Dia cek ke kamar anak kos kamar sebelah, lancar-lancar aja. Penasaran, dia nyari kunci buat bongkar itu keran air gue. Gue udah deg-degan aja. Alamat nggak mandi nih besok pagi, pikir gue.
Dengan sense a’la si serba bisa itu, si mas Dani muter-muter sejenis switch yang ada sekitar 20cm di atas keran shower yang warna merah. Taraaa!! Airnya mengucur lagi. Alhamdulillah yah. Sesuatu. Ini gue beneran bersyukur, bukan buat konyol-konyolan. Bersyukur banget gue. Akhirnya besok bisa mandi. Ternyata switch yang warna merah itu kata mas Dani buat nyetel air yang ngalir ke keran air dan shower. That’s simple. Nggak butuh kunci inggris sekalipun. Cukup memutar-mutar switch merah itu aja. Dan memang ternyata switch itu udah dol. Jadi longgar dan bisa berputar sendiri yang mengakibatkan air yang mengalir ke keran dan shower berhenti.
Dari kejadian tadi, gue jadi inget pas lebaran kemarin. Di daerah gue lagi musim kemarau, kata mama udah lebih dari 3 bulan nggak hujan-hujan. Akhirnya selama di rumah kemarin gue mandi mengungsi ke rumah alm. nenek yang pas di depan rumah kita. Soalnya di rumah nenek ada sumur gali yang air nya dipompa naik pake motor. Agak bau tanah memang, makanya nggak dipake buat minum. Buat minum kita tetap menggunakan air PAM yang dateng sekali seminggu ke rumah-rumah penduduk. Jadi memang tidak disediakan pipa panjang untuk menyalurkan air ke rumah penduduk. Menurut gue sih itu alesannya karena nggak mau ntar penduduk jadi maruk air sendiri. Kalo menggunakan pipa panjang yang langsung ke tempat penampungan air penduduk jadi seenaknya mengambil air. Padahal persediaan air terbatas. Nah, karena nggak ada pipa panjang itulah, akhirnya serumah mengangkut air dari depan rumah ke kamar mandi. Yah, lumayan lah. Dari depan rumah gue ke kamar mandi sekitar 20-25 meter.
Kebayang banget kalau bukan lebaran pasti mama gue mengangkut air sendiri. Pas lebaran aja nih, ada gue, mama, tante, sama om gue aja, ada kali sejam lebih. Luar biasa banget.
Dan gue juga baru baca status facebook dari sahabat gue Ayu, dia bilang air minum galon yang biasanya dia beli Rp.13.000, karena musim kemarau ini harganya jadi Rp.17.000. Wow! Jadi sadar gue betapa pentingnya air bersih.
Intinya adalah mari kita hemat dalam menggunakan air bersih. Mulai sekarang kalau pas wudhu di kantor, gue biasanya yang membiarkan air mengucur sia-sia gitu aja, gue janji akan jadi lebih peduli. Pas gue lagi sikat gigi yang biasanya gue biarin aja air mengucur dari keran, sekarang gue harus matiin. Sepele memang. Tapi efeknya luar biasa.
Dan mari terus menjaga alam dan kekayaan alam kita demi masa depan kita dan anak cucu kita
Alhamdulillah yah. Sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar